Dalam sebuah ritual skincare, terkandung komitmen kita mencintai diri sendiri. Dan, itu penting.
Kali ini saya ingin membagi cerita tentang urusan perwajahan. Sesekali, lah, ya, tidak ngobrolin perduitan mulu, hehehe. Ini sebenarnya masih berkaitan dengan tantangan kesehatan mental yang sempat saya hadapi beberapa bulan lalu karena kepengapan hawa pandemi.
Ceritanya, saya ini termasuk cuek bebek perkara muka. Bukan, bukan karena sudah kepedean mukanya cakep, hahaha. Tapi, lebih pada ketelatenan yang nyaris nol, hehe. Saya sering mendadak rajin memakai skincare tertentu tapi lalu bosan dan jadi males banget menyisihkan waktu sekadar untuk mengoleskan skincare dalam ritual pagi dan malam. Kemalasan ini juga karena kulit muka saya relatif tidak ada masalah berarti. Menurut saya, sih, haha. Maksudnya, kulit wajah saya tidak ada jerawat gede-gede, atau bopeng bekas luka atau apa gitu yang memang ganggu banget saat berkaca. Masalah kulit wajah saya tidak pernah jauh-jauh dari pori-pori besar, lingkar hitam di bawah mata, kusam sama apa ya, ya jauh dari glowing pastinya. So, karena merasa kulit wajah terhitung tidak rewel-rewel amat dan ga ancur-ancur amat, saya jadi tidak terlalu merasa dituntut untuk mengurusinya, wkwk.
Ketika hamil anak ketiga pada tahun 2019 lalu, praktis saya berhenti skincaring. Walau ada produk yang sebenarnya aman-aman saja digunakan oleh ibu hamil, saya aja yang malas untuk uprek. Praktis selama hamil saya cuma pake facial wash, sesekali pake masker, dan kemana-mana hanya memakai sunscreen. Udah, itu doang.
Baca juga: Setahun Pandemi Covid-19, Apa Kabar Mental Health?
Urusan merawat kulit wajah ini semakin terabaikan begitu si bontot lahir. Sibuk mengurus tiga anak sembari tetap bekerja di tengah situasi pandemi yang bikin stres, boro-boro skincaring pagi-malam… sisiran aja seringnya terburu-buru, haha. Namun, setelah si bayi makin gede dan mulai bisa main sendiri sama kakak-kakaknya, saya coba lagi memberi perhatian pada perawatan wajah. Kasian wajahnya ga pernah diurus, hahah.
Masalahnya, mau pake apa, nih, skincare-nya? Saya cupu banget di tengah perkembangan obrolan tentang skincare apalagi make up. Booming beauty vlogger, skincaring ala Korea, ini dan itu, wah, terlewatkan semua, hehe. Zaman saya, kan, skincaring itu simpel aja. Cukup sediakan pembersih muka (facial wash atau milk cleanser), lalu toner, krim malam, moisturiser untuk pagi dan tabir surya. Lalu masker kala weekend.
Nah, zaman sekarang ini? Haduh. Ada double cleansing lah, ada 7 skin method lah, eh sekarang malah ada skin fasting ama skincare diet, hahaha. Uopoooo maneh. Sebelum mutusin mau pake metode apaan, saya cek lagi deh isi meja rias saya. Di sana masih ada beberapa produk yang pernah saya gunakan. Belum saya cek apakah sudah expired atau masih bisa digunakan. Ada Laneige Water Sleeping Mask, Hatamogi Skin Conditioner, COSRX AHA/BHA Clarifying Treatment Toner, Sukin Facial Serum, Sukin Moisturiser, Skin Aqua sunscreen, Noroid, Micellar Water Garnier, Wardah Make Up Remover, Laneige Lips Sleeping Mask juga The Saem Jeju Fresh Aloevera. Lho, kok, banyak juga ternyata, haha. Setelah saya cek, cuma beberapa aja yang masih bisa digunakan karena belum expired.
Langkah selanjutnya, saya browsing dan riset-riset lagi metode skincare yang paling tepat untuk usia 35++ kayak saya ini. Masalah utama, sih, jelas, seputar kulit yang menghadapi penuaan. Kulit kusam, pori-pori besar sampai kayak bruntusan, lingkar hitam dan kerut-kerut di dekat mata sesuai umur yang makin matang, eeaaa. So, butuhnya adalah skincare yang bisa membantu aging gracefully, bahasa Wakandanya, ehehehe. Pusing, juga, cari-carinya. Produk A dibilang oke banget hype sana sini, pas saya cek lagi lebih dalam, ada juga yang bilang itu overrated. Ah pusing, hehe. Nah, setelah semedi dan fokus pada masalah kulit yang hendak saya benahi, akhirnya saya putuskan untuk memilih produk tepercaya yang review-nya 90% oke. Ada gak? ADA DONG, haha.
Baca juga: Me and Skincare a Long Story Reveal
Pilihan saya jatuh pada ini:
Jujur, saya pilih SK-II karena bingung mau pilih merek skincare mana lagi yang sekiranya nampol. Baca testimoni dan review SK-II hampir semua oke banget. Risiko tidak cocok atau breakout juga kecil. Yang pasti, SK-II ini emang didedikasikan sebagai anti aging skincare. Kekurangannya cuma satu: MAHAL, wkwkwk. Di tengah hujan merek skincare baru yang tak kalah ampuh, harga SK-II ini emang terasa jadi overpriced, sih.
Kenapa saya tetap pilih ini untuk menandai come back saya merawat kulit? Ya, karena mereknya udah paten. Sebenarnya dulu saya pernah juga pakai SK-II ini. Sekitar 3-4 tahun lalu. Tapi, saya kayaknya kejebak barang palsu, deh. Soalnya, di wajah saya kayak ga ngaruh apa-apa, ga ada bau atau aroma apapun juga… padahal 90% review bilang, SK-II Facial Treatment Essence yang menjadi holy grail skincare asal Jepang ini, ada aroma khas. Hmm. Salah saya sendiri juga dulu belinya bukan di official store, hehe. Cuma kejar harga lebih murah aja. Eh, dapetnya malah pelsong.
Supaya tidak terulang lagi kesalahan itu, kali ini saya putuskan beli di flagship store SK-II di salah satu marketplace. Saya beli yang SK-II Welcome Set Kit berisi Facial Treatment Essence (FTE), Facial Treatment Clear Lotion (FTCL) dan RNA POWER Radical New Age Cream. Ketiganya dikemas dalam kotak merah yang elegan dan mewah. Untuk memulainya, saya membersihkan muka dengan HadaLabo Tamagohada Mild Peeling AHA+BHA Face Wash. Abis itu oles FTCL yang berfungsi semacam toner, lanjut kasi FTE dan terakhir RNA-nya. FTCL-nya dahsyat juga, ya. Wajah yang udah saya bersihkan dengan facial wash aja masih ada, lho, kotornya kala tersapu FTCL, hehe.
Sayang isinya dikit gila cuma 30 ml. Trus tadinya saya aplikasikan FTE memakai kapas. Abis itu mikir, kok, sayang, hehe. Akhirnya pake tangan aja sambil di-tap-tap gitu enak juga. Dan beneran emang FTE ini baunya khas. Menurut saya baunya kayak rendeman air beras basi, wkwkw. Itulah memang aroam PITERA, yang menjadi elemen andalan semua rangkaian skincare SK-II. Klaim SK-II, efek ke kulit bisa dirasakan dalam 14 hari alias dua minggu saja.
Kenyataannya? It works like magic! Belum 14 hari saya sudah merasakan perubahan. Kulit auto kenyal, plumpy gitu dan lebih apa, ya, lebih bersih aja berasanya dan dapet efek cerahnya. Duh, seneng, hihi. Jadi makin semangat dan ga merasa salah pilih. Emang harga bicara kali, ya, hahaha. Saya skincaring pagi dan malam. Kalau pagi, saya skip memakai RNA-nya karena terlalu rich buat kulit saya yang kombinasi cenderung berminyak dan gampang keringetan ini. Cuma, belakangan saya pakai juga saat ritual pagi dengan mengambil sejumput kecil aja biar ga terlalu pekat. Singkatnya, SK-II emang paten!
Sudah cocok SK-II mengapa beralih ke Klairs dan Avoskin?
Jadi, ceritanya… FTCL SK-II yang isinya cuma 30 ml itu habis duluan, bun. Sebenarnya lumayan irit, sih. Sekitar 1 bulan lebih itu baru habis. Dan ternyata ngaruh, lho, saat aku skip ga ada FTCL ini. Kan, ceritanya belum langsung beli refill-nya, akhirnya saya habiskan aja toner yang ada di meja rias saat itu. Yaitu, COSRX toner itu, lalu tetep dilanjut memakai FTE yang masih sisa setengah botol. Well, ga pake FTCL lagi, berasa, sih, di kulit jadi kayak kurang plumpy aja terasa.
Cuma, begitu mau refill beli FTCL yang full size, saya masih meragu. Harga sebotol FTCL full size bisa saya belanjakan 2-3 skincare lain yang keknya juga gak kalah oke. Baca-baca sana sini, memakai FTE SK-II sebenarnya juga sudah cukup nampol karena inilah essence of the essence, hahah. Jadilah setelah riset sana-sini, saya akhirnya memutuskan untuk membeli hydrating toner merek Klairs, skincare Korea.
Saya pilih yang Klairs Supple Preparation Unscented Facial Toner. Review-nya di Female Daily hampir 5 bintang. Produk ini emang keren, sih. Tanpa bau apapun, bening dan ga yang cair kayak air gitu, rada kental tapi ga kental-kental banget. Gampang meresap ke kulit dan bisa saya pakai berlapis-lapis terutama saat malam.
Berhubung saya merasa perlu juga amunisi lain untuk membantu mengatasi masalah aging-aging ini, jadilah sekalian juga saya bungkus Avoskin Miraculous Retinol Toner. Coba-coba ceritanya, jadi saya beli yang travel size aja dulu.
Skincare regime pagi saya jadi kayak gini: facial wash Hadalabo, Klairs toner, SK-II FTE, RNA SK-II, SkinAqua sunscreen gel. Begitu malam, seminggu 2x-3x saya tambahkan Avoskin Retinol-nya dalam urutan skincare regime tersebut, tanpa sunscreen.
Alhamdulillah, eksperimen saya sejauh ini cukup berhasil, yuhuuu! Kulit jadi lebih cerah, pori-pori mengecil, plumpy, supple dan sehat aja berasanya, sama kayak saat masih memakai FTCL SK-II. Oiya, pas pertama kali pake Avoskin Retinol itu, langsung muncul jerawat mendem di deket hidung yang sakit banget saking gede. Waktu itu juga udah deket jadwal mens, sih. Jadi combo efeknya. Tapi lalu jerawatnya mengempes dengan sendirinya tanpa drama dan bekas. Masalah yang belum terpecahkan adalah kulit wajah belum sepenuhnya mulus tanpa bruntus, sih… bertahap kali ya.. trus juga lingkar hitam di bawah mata juga masih ada banget. Ini juga keknya bawaan bentuk mata, sih, hhee. Ntar, rencananya mau nambah Avoskin Retinol Ampoule yang konon ampuh mengatasi lingkar hitam di bawah mata ini… Sabarin aja dulu barang 2-3 bulan, ya bun… hehehe.
Skincaring, Self-Loving…
Di tengah berbagai macam tuntutan eksternal yang datang dan saya rasakan bertubi-tubi, sebagai ibu, sebagai istri, sebagai working mom, etc, tanpa sadar saya ternyata sering lupa menyisihkan perhatian pada yang sosok yang sesungguhnya penting (agar semua bisa berjalan “normal”), yaitu diri saya sendiri. Bukan tentang egoisme, ya. Ini tentang memberi perhatian pada diri sendiri, memastikan kebutuhannya terpenuhi. Tanpa pemenuhan kebutuhan diri, bagaimana bisa seseorang memberi keluar dari dalam dirinya yang tulus?
Dan saya menemukan momen intim dengan diri sendiri ketika menjalankan ritual skincaring. Memberi waktu sejenak untuk memandang pantulan diri di kaca, mengusap kulit wajah, memberinya nutrisi… somehow saya merasa seperti tengah berbincang dengan diri sendiri di sebuah coffee shop. It is calming. It is refreshing yet energizing. And it makes me happy 🙂
Hal lain masih bisa menunggu. Biarkan menunggu. Tak lama, kok. Paling-paling sekitar 10-15 menit saja dengan diri sendiri dan itu sudah cukup.
Skincaring juga mengajarkan lagi pada saya apa arti menikmati proses. Kulit wajah yang sudah lama tidak diurus, perlu waktu untuk berada dalam kondisi terbaik. Nikmati saja prosesnya. Tidak perlu tergesa.
Jadi, sudah menyatakan cinta pada diri sendiri hari ini? 🙂
4 thoughts on “Review SK-II, Klairs, Avoskin: Cerita tentang Skincare dan Self-Love”
Semoga dijawab ya,retinolnya masuk setelah FTE atau RNA ?
FTE basically adalah essence, jadi dia dipake duluan sebelum RNA yg berfungsi sbg pelembab. Cuma, emang FTE tanpa Clear Lotion akan kurang cetar efeknya. Sedang RNA efeknya biasa-biasa aja, malah abis pake itu berasa lengket sumuk gitu… jenis kulit saya oily combi. Semoga menjawab ya 🙂
duh.. ini produk idaman saya banget, cukup sulit nyari SK-II di daerah saya
di online shop ada banyak, kak. official store nya juga ada.