Terganggu Sakit Batuk Parah, Apakah Saya Terkena Covid?

Lebih dari 10 hari saya batuk-batuk parah. Parah untuk ukuran saya yang sebenarnya jarang batuk. Batuk yang agak aneh karena tidak didahului demam ataupun pilek tapi rasanya luar biasa seperti paru-paru terasa terguncang setiap batuk. Batuknya sampai bikin mulut sakit, leher sakit, perut sampai berasa kram. Jangan tanya suara batuknya. Painful.

Awalnya saya mengira ini hanya sekadar batuk karena salah makan atau batuk capek mau flu. Tapi, kok, ga kelar-kelar. Lalu setiap kena kipas angin atau AC, batuk makin menghebat. Apa karena saya alergi ya?

Di awal-awal saya coba redakan dengan minum drugstore, obat batuk ibu dan anak, yang rasanya enak itu. Sampai habis hampir tiga botol, ga juga reda. Saya juga bikin minuman rempah sendiri, isi jahe, kunyit, kadangkala minum jeruk nipis hangat dengan madu, tidak ada perubahan juga. Batuk masih menghebat.

Sampai akhirnya saya ke dokter deket rumah. Dokter umum doang. Diperiksa pake stetoskop gitu. Saya diminta ambil nafas dalam-dalam sembari distetoskop. Dokter bilang, ada banyak dahak di saluran bronkus. Ini adalah saluran yang menghubungkan batang tenggorokan atau trakea dengan paru-paru.

Dokter memberi saya beberapa obat. Tiga hari berlalu, batuk malah makin sangar dan mulai merembet ke badan yang rasanya remuk ga keruan. Badan mulai meriang dan sakit kepala, lalu lemas. Kebanyakan ya karena tidur saya tidak bisa nyenyak, terbangun-bangun karena batuk. In between saya masih kerja di rumah. Pekan itu memang cukup padat karena dua anak saya, si sulung dan si tengah juga sedang masuk periode asesmen akhir. So, it is stressful for me.

Selasa pagi saya masih bekerja meski badan rasanya sakit semua. Suami minta saya ke dokter spesialis saja agar jelas ini sakit apaan. “Selama usia pernikahan, aku tidak pernah mendapati kamu sakit batuk sampai kayak gitu,” katanya.

Selasa itu, badan saya memang makin parah rasanya, lemah dan pusing sebagian karena tidur yang tidak nyenyak, terbangun-bangun terus karena batuk yang parah. Badan juga terasa meriang karena angin AC yang abis diservis. Ini juga satu hal: sempat mengira karena alergi debu mungkin karena AC sudah kotor. AC akhirnya juga diservis bersih, kata tukang servis AC tidak terlalu kotor. Eh sudah diservis, tetap saja batuk saya menjadi-jadi.

Selasa itu, saya ke dokter spesialis. Depan komplek ada rumah sakit tapi saya pilih yang agak jauh, dekat dengan sekolah anak saya. Saya cari yang tanpa antrian banyak. Lagi-lagi diperiksa dan diminta bernafas dalam-dalam ketika diperiksa dengan stetoskop. Diagnosisnya tidak berbeda, kemungkinan bronchitis. Dikasi obat dan diminta lihat perkembangan tujuh hari. Bila dalam tujuh hari tidak ada perubahan, harus rontgen. “Saya tidak langsung minta ibu rontgen karena ibu tidak ada demam,” kata dokter perempuan itu.

Baiklah, saya menurut saja. Saya semakin curiga ini gara-gara udara yang buruk atau debu. Akhirnya belanja air purifier yang sudah lama tertunda. Benar saja, begitu air purifier saya pasang, dada rasanya lebih lega. Meski masih batuk tapi ada sedikit perubahan, selain efek obat yang diberikan. Saya sekalian belanja essential oil. Alhamdulillah ada kemajuan. Nafas lebih lega, dada sudah tidak sesak, batuk masih dan masih lebay kadangkala tapi sudah ada kemajuan daripada sebelumnya.

Dokter bilang, lebay tidaknya batuk itu berhubungan dengan seberapa banyak dahak yang hendak dikeluarkan dan sudah di bagian mana ia bersarang. Jadi, batuk itu sebenarnya bukan penyakit. Batuk adalah mekanisme tubuh mengeluarkan zat berbahaya yang masuk ke tubuh kita, spesifik ke saluran pernafasan.

Saya jadi buka buku anak saya lagi, Usborne flip and flap yang tentang ‘Your Body’. Hehe, lucu. Meski bisa digoogle, tapi melihat buku itu saya jadi lebih paham. Bahwa di saluran nafas kita pada dasarnya memang ada mucus atau semacam lendir gitu dan rambut-rambut kecil yang ada di windpipe, batang tenggorokan. Gunanya mucus dan rambut kecil adalah untuk mencegah ada kuman atau kotoran masuk ke paru-paru. Batuk adalah mekanisme tubuh untuk membersihkan infeksi dari paru-paru. Ketika kita batuk dan mengeluarkan dahak, dahak itu –mucus– membawa kuman atau bakteri/virus yang disingkirkan dari paru-paru.

Kini, saya berharap sakit ini lekas berakhir dan paru-paru kembali bersih. Sakit itu tidak enak, mahal dan bikin kita less productive. Meski sakit memang saatnya bagi tubuh dan pikiran untuk mengambil jeda sejenak, istirahat sebentar.

Walau, bagi seorang ibu seperti saya, tidak ada yang namanya libur. Apalagi bila anak-anak sedang ujian seperti sekarang. Mulai pagi buta menyiapkan mereka sarapan, menyiapkan bekal, lalu memasak makanan hari itu buat orang serumah –cuma lima kepala sih, hehe– setelah itu sore dan malam ngajarin mereka belajar, di antaranya nyiapin mereka jalan ke tempat les, di antaranya juga melerai yang berantem, ngingetin sholat, ngaji, ditambah nyuapin anak bontot, ditambah drama ini itu. Sungguh, di antara semua itu, saya semakin sering teringat ibu saya, yang punya anak enam dengan jarak usia berdekatan… betapa hebat ibu saya mengurus kami semua… masyaallah.. saya tiga begini saja capek banget, hahaha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *