Posts

Showing posts from July, 2019

Dunia Belum Kiamat: Begini Jalan Keluar dari Jebakan Kasus Pinjaman Online

Image
Kasus pinjaman online yang menelan banyak “korban” menjadi sisi gelap di balik gegap gempita kehadiran perusahaan-perusahaan financial technology (fintech) di Indonesia. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, seperti dikutip oleh Kompas.com, sudah menerima tak kurang dari 4.500 aduan mengenai fintech lending hingga Juni 2019. Yang terbaru dan sempat viral di media sosial adalah beredarnya informasi tentang seorang perempuan berinisial YI (50 tahun), ibu dua anak asal Solo, Jawa Tengah, yang terjerat utang pinjaman online lewat aplikasi Incash. Pihak peminjam dan penagih utang (debt collector) menyebarkan meme yang berisi tulisan: “Dengan ini saya menyatakan bahwa saya rela digilir seharga Rp1.054.000 untuk melunasi hutang saya di aplikasi InCash. Dijamin puas yang minat segera hubungi.” Meme tersebut disebar dalam grup WhatsApp dan akhirnya viral di media sosial. Kasus terakhir ini melengkapi cerita-cerita memprihatinkan tentang sisi gelap pinjaman online yang mewabah seiring kemunculan

Viral Gaji 8 Juta: Gaji Fresh Graduate Besar atau Kecil Itu Enggak Penting!

Image
Para netizen di republik +62 ini tidak pernah kehabisan bahan rumpian, ya. Setiap hari ada saja bahan baru yang bisa asyik dirumpikan sambil ngupi-ngupi, hihi. Tempo hari ramai sekali orang ngerumpiin viral #gaji8juta di berbagai kanal media sosial. Pasti udah pada denger juga kan? Intinya, ada seorang lulusan, anak fresh graduate dari Universitas Indonesia yang curhat di IG story gitu… dia merasa tersinggung karena ditawarin gaji Rp8 juta oleh calon pemberi kerja dia. Dia merasa, gaji segitu kekecilan dong secara dia lulusan universitas bergengsi di Indonesia. Hebohlah para netizen, wkwkwk. Banyak yang menilai, si anak fresh graduate ini songong karena ditawarin gaji segitu malah merong-merong. Banyak juga yang menilai, wajar bila si anak baru kelar kuliah minta segitu. Cuma, sikapnya aja yang disayangkan, karena terkesan kurang sopan. Well, well… Sebenarnya gaji Rp8 juta untuk level gaji fresh graduate itu gede enggak sih di tahun 2019 ini? Saya belum ada survei khusus, ya, tentang

Cara Menghitung Kebutuhan Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa #Insurance101

Image
Uang Pertanggungan asuransi jiwa perlu penghitungan yang tepat supaya saat terjadi risiko, fungsinya untuk mengamankan finansial keluarga bisa berjalan. Ini juga untuk menghindari kesenjangan proteksi alias protection gap. Tapi, bagaimana bila kemampuan pembayaran premi tak sebanding dengan uang pertanggungan yang sebenarnya kita butuhkan? Setelah di tulisan sebelumnya, kita sudah sama-sama mengenal apa saja jenis-jenis asuransi jiwa, kini saatnya untuk melangkah lebih jauh yakni mengetahui cara menghitung Uang Pertanggungan asuransi jiwa. Mungkin Anda sedikit bertanya-tanya, apa, sih, yang dimaksud Uang Pertanggungan itu? Uang Pertanggungan adalah sejumlah dana yang cair ketika risiko yang ditanggung oleh asuransi terjadi. Nilai dana Uang Pertanggungan yang cair adalah sesuai dengan yang tercantum di polis. Dalam konteks asuransi jiwa, kita mengasuransikan risiko finansial yang bisa terjadi ketika pendapatan hilang akibat kematian si pencari nafkah. Misalnya, Bapak A adalah kepala ke

Dunia saya ketika UGM menerima....

Image
Juli 2019, timeline media sosial ramai dengan kesan kesan para orang tua yang bercerita tentang kesuksesan anak-anak mereka masuk Perguruan Tinggi Negeri, ada juga yang bercerita sebaliknya…. gagal masuk PTN dan balik kanan berburu PTS. Seru, ya. Berhubung anak saya masih TK, saya ga punya cerita seperti itu untuk dibagikan. Tapi lalu jadi kepengin bernostalgia masa-masa monumental itu: ketika saya akhirnya melangkah ke jenjang pendidikan tinggi. ….. Ceritanya, saat SMA saya diberi pilihan oleh sekolah untuk masuk kelas IPA atau IPS. Saya memilih IPS karena saya lebih suka pelajaran sejarah, antropologi, sosiologi dkk ketimbang belajar matematika, wkwk. Pelajaran eksak yang saya suka cuma kimia dan biologi, hahahha. Nah, di kelas IPS, alhamdulillah saya tidak menemui kesulitan berarti. Selalu masuk 3 besar… Saat di tingkat akhir SMA itu, fokus saya lebih banyak untuk persiapan masuk perguruan tinggi. Maklum, dua kakak saya sudah lebih dulu kuliah. Dua-duanya di Universitas Gadjah Mada

#Insurance101 : Yuk, Kenalan dengan Asuransi Jiwa!

Image
Apa yang ada dalam pikiran kamu saat mendengar kata “asuransi”? Bila pertanyaan ini diajukan random ke orang-orang, mungkin kita akan mendengar beberapa jawaban yang unyu-unyu seperti ini: “Asuransi? Ah, cuma buang-buang duit ituuuu…” “Ih, males dikejar-kejar agennya…” “Asuransi itu ya investasi…” “Penting, sih, cuma aku bingung mau beli yang mana…” dan seterusnya. Kamu yang mana? Saya punya pengalaman kurang enak perihal asuransi. Pertama kali beli asuransi adalah saat terkapar sakit typhus di rumahsakit di bilangan Permata Hijau, sekira tahun 2009 silam. Kakak lelaki saya mengenalkan saya dengan agen asuransi dia. Tahun itu saya masih berstatus reporter di koran investasi dan keuangan. Tapi, lucunya, pengetahuan saya tentang asuransi masih nol besar. Alhasil, saya membeli produk asuransi yang saya sendiri tidak paham isinya. Ternyata yang saya beli itu asuransi jiwa unitlink dengan rider asuransi kesehatan. Seinget saya, ketika itu biaya preminya Rp500 ribu per bulan, Uang Pertangg

Perlukah Memiliki Asuransi Jiwa? #Insurance101

Para orang tua muda zaman now mungkin sudah sering mendengar ceramah para perencana keuangan yang bilang: Miliki asuransi jiwa! Gimana, sudah punya asuransi jiwa saat ini? Atau, masih maju mundur menimbang penting tidaknya memiliki asuransi jiwa? Yuk, mulai mikir bareng-bareng sama saya, haha (pssst, saya bukan agen asuransi, yeee :p). Penting atau tidak, sih, punya asuransi jiwa itu? Itu pertanyaan yang sering saya dapatkan dari sekian banyak teman, kolega dan mereka yang mendadak bertanya via email. Jawabannya singkat dan jelas: PENTING. Mengapa? Ketika kita menjadi orang tua, otomatis kita lah yang menjadi penanggung jawab anak-anak kita, bukan? Yang sudah pasti, sih, menjadi penanggung jawab finansial anak. Mulai dari memastikan mereka makan bergizi, sekolah di tempat terbaik, mendapatkan stimulus optimal, dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu butuh uang. Anak-anak belum memiliki kemampuan untuk menghidupi diri mereka sendiri. Sedang kita, si orang dewasa, memiliki nilai ekonom