Posts

Showing posts from March, 2022

Tragedi Bu Kanti Brebes dan Kesehatan Mental Ibu yang Masih Sering Terabaikan

Image
Gangguan kesehatan mental mengintai para ibu…. perlu kesadaran untuk merawatnya sebagaimana merawat kesehatan tubuh… Hari-hari ini laman media sosial dihebohkan oleh tragedi Bu Kanti di Brebes. It is so heartbreaking. Saya tidak bisa membayangkan sedalam apa kesakitan yang dirasakan oleh ibu tiga anak itu sampai hilang kesadaran dan akal sehat, hingga sanggup membunuh dan melukai anak-anaknya sendiri. Tentu sudah sangat sakit parah… dan dia tak sempat mendapatkan pertolongan sampai akhirnya terjadi hal mengerikan itu…. tak terbayangkan pula trauma yang dirasakan oleh dua anaknya yang lolos dari upaya pembunuhan itu… semoga kasih sayang dan rahmatNya memeluk mereka semua… Di negeri ini isu kesehatan mental memang belum populer. Baru banyak mengemuka dalam diskusi-diskusi publik di media sosial, tak sampai 10 tahun belakangan. Itu pun masih lamat-lamat juga karena kultur dalam masyarakat kita kebanyakan masih gampang menghakimi dan meremehkan tentang pentingnya merawat kesehatan mental

Berkelit Dari Jebakan "Tinder Swindler" dengan Cara Ini

Penting untuk memiliki batasan dan rambu-rambu finansial dalam hubungan pranikah. Tadi malam saat membuka twitter, di timeline melintas thread yang menggelitik. Judul thread-nya “Tinder Swindler Versi Indonesia”; Membaca isinya dan wow korbannya banyak sekali. Modusnya mirip banget dg kasus Tinder Swindler di Eropa yg menghebohkan itu (masih ada dokumenternya di Netflix kalo mau lihat)… Awal mulanya mirip: berkenalan via Tinder (dating site) lalu si pelaku rajin flexing tentang betapa tajirnya dia, sembari melancarkan pendekatan perasaan (pardon my language). Setelah cukup dekat dan calon korban percaya, pelaku akan mulai beraksi. Mulai dari minta tolong ditransfer (ngakunya sebagai pinjaman) karena limit penarikan rekeningnya sudah mentok (abis itu kabur), ada juga modus mau kirimin hadiah gadget mahal harga gudang tinggal bayar pajaknya doang (jadi si korban disuruh transfer sebesar nilai pajak doang; ya tetep intinya kasi duit, ye), dan berbagai modus lain. Uang puluhan juta bahkan

Jualan Bakso Bisa Kantongi 20 Juta Tanpa Modal Besar

Image
Kerjaan boleh dorong gerobak, tapi pendapatannya ga kalah ama mbak-mbak SCBD. Percaya? Suatu hari di penggalan waktu silam kala saya masih menjadi pelanggan rutin commuterline , saya pergi ke stasiun Sudirman untuk pulang ke Tangerang. Kala itu, saya kebetulan bisa pulang lebih cepat dari biasanya. Matahari sore masih mejeng manis di langit Jakarta yang kelabu oleh polusi. Ini jarang terjadi. Biasanya saya baru sampai di stasiun usai maghrib.  Karena langit masih terang, saya pun jadi tidak terburu untuk pulang. Rasa hati mendadak ingin jajan. Di sekitar stasiun itu, ada banyak sekali penjual kaki lima beragam menu. Ada yang jualan bubur ayam, bakso, sampai madu Badui. Mata saya tertangkup ada gerobak bakso malang yang parkir persis di dekat pintu masuk Stasiun Sudirman. Bayangan tentang menyantap bakso malang dengan kuah panas, sambal pedas dan lezatnya bakwan malang berikut pentol bakso, bikin ngiler. Jadilah saya memesan semangkok. Sembari menikmati bakso, iseng saya mengajak ngobro

Ngobrolin Uang dengan Anak

Anak perlu mengenal uang sebagai instrumen penting alih-alih sebagai tujuan semata. Suatu hari, saat mengantar anak-anak tidur, usai membacakan mereka cerita, Aqshal nyeletuk dan bertanya begini: “Mama, siapa, sih, yang bikin uang itu? Cara bikin uang itu gimana?” tanyanya. Saya jawab sekenanya, “Ada yang bertugas mencetak uang, namanya Peruri… Kenapa, sayang?” Saya yakin jawaban itu belum memuaskannya. Aqshal nyeletuk lagi, “Wah, enak, dong, dia bisa cetak uang banyak trus uang dia jadi banyak. Kita bisa gak bikin sendiri, cetak sendiri, biar uangku banyak gitu, ma?” lanjutnya. Lalu, si sulung Attar ikut nanya, “Iya, ma, kan enak kalau kita bisa cetak uang sendiri. Aku mau cetak triliunan biar uang aku banyak, hahaha.” Sontak saya ngakak sambil dalam hati memutar otak mencari cara menjelaskan dengan bahasa sesederhana mungkin (Asli, lebih mudah nulis artikel tentang konsep ekonomi nan rumit untuk pemirsa dewasa ketimbang untuk anak-anak, hahah). “Jadi, gini, mencetak uang itu tidak b

Menjadi IBU

Image
Sekolah kehidupan tentang sabar, ikhlas, eling dan ridho. Bagiku, itu berarti terdaftar sebagai murid kehidupan khusus untuk kelas belajar sabar, ikhlas, eling dan ridho. Berapa SKS? Unlimited . Waktu tempuh belajar? Seumur hidup. . Belajar bab SABAR, 24 jam 7 hari. Sabar bila anak berulah, mendadak mogok makan, berat badan seret naik, sabar bila tiap 2 detik ribut dengan saudaranya, dan seterusnya dan sebagainya. Belajar bab IKHLAS, sejak ia ada di kandungan dan mengubah hidupku sepenuhnya. Ikhlas bila ternyata ada banyak sekali kompromi yang perlu aku lakukan. Hidupku tidak lagi tentang AKU, AKU dan AKU. Ambisi, target, mimpi-mimpi, semua perlu dinegosiasi ulang. Ditata ulang. Ikhlas menerima anak-anak kita apa adanya. Bahwa membesarkannya, menjalankan peran sebagai orangtua, sebagai ibu, adalah perjalanan ibadah yang panjang tanpa putus hingga menutup mata kelak. Mencintainya tanpa syarat. Mencintainya tanpa kata “tapi”. Mencintainya apa adanya tanpa perlu merasa mengorbankan apa-