Posts

Showing posts from August, 2021

Yuk, Kenalan dengan Asuransi Jiwa Syariah!

Asuransi jiwa syariah adalah jawaban bagi kamu yang membutuhkan asuransi jiwa tanpa riba. Ada beberapa teman-teman yang datang bertanya pada saya tentang pilihan asuransi jiwa syariah. Pertanyaan ini berpangkal pada keengganan memiliki asuransi jiwa konvensional yang dianggap masih belum memenuhi kategori produk finansial yang syariah. Masih ada unsur ribanya yaitu gharar . Teman-teman ini sudah paham pentingnya memiliki asuransi jiwa terlebih ketika sudah menjadi orang tua. Maka, mencari asuransi jiwa yang memenuhi unsur syariah menjadi kebutuhan. Adakah? Banyak. Di industri asuransi tanah air, asuransi jiwa syariah sudah cukup banyak yang bisa kita pertimbangkan. Saya tidak hendak memberikan rekomendasi produk asuransi jiwa syariah di sini. Silakan cari sendiri, haha. Kali ini, saya sekadar ingin mengajak untuk kita lebih dulu mengenal apa sebenarnya asuransi jiwa syariah dan apa saja perbedaannya dengan asuransi jiwa konvensional. Apa sebenarnya asuransi jiwa syariah itu? Dalam obro

Bagaimana Pebisnis Bertahan Hadapi Badai Pandemi? Real Stories Tiga Entrepreneur yang Mengharukan

Mempertahankan bisnis jauh lebih berat dibandingkan membangunnya. Di tengah badai pandemi terburuk, tantangan bertahan jadi semakin pelik. “What doesn’t kill you makes you stronger”. Aforisma yang didengungkan oleh filosof Jerman Friedrich Nietsche pada abad ke-19 itu semakin relevan saat ini. Selalu ada harapan baik bahkan di tengah badai yang paling dahsyat. Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung sejak Maret 2020 lalu memang telah menjungkirbalikkan kehidupan kita semua. Bagi para pebisnis, menghadapi badai pandemi ini menguji tingkat ketangguhan, ketahanan, dan kesolidan tim. Mereka yang lolos dalam menghadapi badai pandemi ini akan terlahir lebih kuat. Tidak banyak pilihan bagi para pemilik usaha selain harus terus bertahan. Syukur-syukur tidak bangkrut atau gulung tikar. Tidak sedikit cerita pahit kejatuhan usaha yang telah dirintis sekian lama karena pandemi terburuk dalam 100 tahun terakhir ini. Dalam liputan yang saya tulis untuk situs AstraLife ini, saya berkesempatan merekam

5 Keputusan Penting yang Membantu Saya Bertahan Hidup di tengah Pandemi

Image
Tanpa keberanian mengambil keputusan itu, pandemi Covid-19 akan jauh lebih tak tertahankan bagi saya. Beberapa hari ini saya sering memutar kumpulan foto video lama anak-anak kala mereka masih bayi. Video dan foto saat mereka baru saja lahir beberapa jam ke dunia. Atau saat mereka belajar berjalan pertama kali, mengoceh dan bernyanyi, video mereka merayakan ulang tahun, atau saat berlarian di taman dan playground di mal. Saya juga putarkan kumpulan foto dan video saat saya dan suami menikah, pergi berbulan madu atau sekadar jalan-jalan berdua kala belum ada anak-anak hadir di kehidupan kami. Saya memutar rekaman-rekaman itu di TV berlayar 40 inch di ruang keluarga, tidak seperti sebelumnya yang sebatas saya putar di laptop. Alhasil, tampilan video menjadi lebih nyata dengan layar sebesar itu. Anak-anak sangat terhibur menonton foto dan video lawas mereka. Berulang kali menanyakan hal-hal lucu seperti ini: “Itu kenapa aku tidak ada saat mama dan papa menikah?” tanya si tengah, Aqshal.

Saya Memulai Hari dari Jam 3 Pagi dan Hidup Saya Berubah

Image
Bukan hal yang mudah di awal. Namun, sangat layak dimulai, dijalankan dan dijadikan kebiasaan. Saya bukan seorang “morning person” bila definisi itu adalah untuk menyebut seseorang yang memiliki suasana hati terbaik kala pagi tiba. Mood saya tidak selalu oke ketika pagi datang. Saya bahkan lebih sering diliputi rasa bersalah. Terutama ketika bangun kesiangan. Dan celakanya, itu terlalu sering terjadi. Hal yang lumrah, sebenarnya: Saya seorang ibu dengan tiga anak di mana masih ada satu anak berusia bayi yang membuat tidur nyenyak adalah kemewahan karena saya masih harus menyusuinya sesekali sepanjang malam. Kurang tidur adalah hal wajar. Kesiangan juga wajar, tapi hanya bila itu terjadi sesekali. Akan tetapi, menjadi tidak lumrah ketika bangun kesiangan itu terjadi berulang-ulang hingga terancam menjadi rutinitas yang buruk. Seperti efek bola salju, bangun kesiangan bisa menyeret jam-jam setelahnya menjadi sebuah kekacauan. Baca: Pengalaman Menyusui Selama 7 Tahun: Keras Kepala adalah