Apa yang ada dalam pikiran kamu saat mendengar kata “asuransi”? Bila pertanyaan ini diajukan random ke orang-orang, mungkin kita akan mendengar beberapa jawaban yang unyu-unyu seperti ini:
“Asuransi? Ah, cuma buang-buang duit ituuuu…”
“Ih, males dikejar-kejar agennya…”
“Asuransi itu ya investasi…”
“Penting, sih, cuma aku bingung mau beli yang mana…”
dan seterusnya. Kamu yang mana?
Saya punya pengalaman kurang enak perihal asuransi. Pertama kali beli asuransi adalah saat terkapar sakit typhus di rumahsakit di bilangan Permata Hijau, sekira tahun 2009 silam. Kakak lelaki saya mengenalkan saya dengan agen asuransi dia. Tahun itu saya masih berstatus reporter di koran investasi dan keuangan. Tapi, lucunya, pengetahuan saya tentang asuransi masih nol besar. Alhasil, saya membeli produk asuransi yang saya sendiri tidak paham isinya. Ternyata yang saya beli itu asuransi jiwa unitlink dengan rider asuransi kesehatan. Seinget saya, ketika itu biaya preminya Rp500 ribu per bulan, Uang Pertanggungan Rp100 juta, perlindungan hingga usia 99 tahun dan mendapat manfaat rawat inap di kelas Rp500 ribu per hari. Saya membeli produk finansial pertama saya tanpa meriset dahulu dan berakhir dengan sedikit sesal. Karena apa? Ya, produk itu tidak tepat untuk kebutuhan saya. Saat saya memutuskan untuk menutupnya, nilai tunai yang bisa saya tarik cuma Rp1,5 juta kalau tidak salah… padahal saya sudah bayar premi sekitar Rp9 juta. Hmmm, my bad 🙂
Setiap orang punya pengalaman pertama tentang sesuatu yang menjadi wake up call dia. Itu juga yang saya alami. Kebodohan membeli produk finansial tanpa mempelajari terlebih dulu membuat saya begitu haus ilmu tentang perencanaan keuangan dan serba serbi pasar finansial. Beruntung, saya bekerja sebagai jurnalis di media ekonomi yang memberi saya akses tak terbatas untuk belajar langsung pada sumber-sumber primer, gratis, haha. Sampai akhirnya saya ikut kursus perencanaan keuangan dua kali dan mengambil sertifikasi CFP. Long short story, pengalaman “bodoh” tapi berharga itu membuat saya terpanggil untuk berbagi literasi finansial ke siapapun yang membutuhkan…. Saya tidak mau orang terjebak kesalahan seperti saya, hehehe.. Ya, minimal jangan pernah beli kucing dalam karung, deh. Pahami yang kita beli, itu saja dulu.
Cukup itu pengantarnya, ya, yang ternyata panjang, hihi. Mulai dari tulisan ini saya ingin membuat serial #Insurance101 sekadar berbagi tentang asuransi dan tetek bengeknya. Semoga bermanfaat, ya 🙂
Apa itu Asuransi Jiwa?
Asuransi jiwa adalah produk jasa finansial yang memberikan perlindungan atas risiko meninggal dunia. Setiap yang bernyawa pasti mati, jadi asuransi jiwa tidak bisa mencegah kematian. Yang ditawarkan oleh asuransi jiwa adalah, perlindungan atas risiko finansial yang bisa terjadi ketika seseorang yang memiliki nilai ekonomi, mendadak meninggal dunia. Gampangnya seperti ini. Kita selama ini berperan sebagai pencari nafkah keluarga. Pendapatan yang kita hasilkan menjadi sumber penghidupan anak dan keluarga. Apa yang terjadi ketika kita mendadak tutup usia? Anak dan keluarga yang selama ini bergantung pada kita secara finansial akan terancam kesejahteraannya karena pencari nafkah tiada.
Nah, bagaimana supaya kesejahteraan finansial anak dan keluarga yang selama ini bergantung pada kita, dapat tetap stabil kendati kita tiada? Salah satu caranya adalah dengan memiliki asuransi jiwa. Saat kita memiliki asuransi jiwa, begitu kita tutup usia, Uang Pertanggungan asuransi jiwa akan cair dan bisa digunakan oleh ahli waris untuk menjadi bekal melanjutkan hidup. Jadi, keluarga terutama anak yang kita tinggalkan tidak perlu mengalami financial shock yang terlalu besar karena ada bekal dari asuransi jiwa. Jadi, kalau bagi saya, memiliki asuransi jiwa tak lain sebagai bentuk tanggung jawab kita sebagai orang tua kepada anak, juga pada keluarga yang selama ini bergantung finansial kepada kita…
Selanjutnya adalah, bagaimana cara mengetahui produk asuransi jiwa yang tepat bagi kita? Untuk menjawab itu, kita perlu mengenali dahulu jenis-jenis asuransi jiwa yang saat ini tersedia di pasar. Yuk, simak di bawah ini:
Asuransi jiwa berjangka (term life insurance)
Biasa disebut juga asuransi jiwa murni. Term life insurance adalah asuransi jiwa yang memberikan proteksi selama jangka waktu tertentu, mulai dari sesingkat perjalanan Surabaya-Jakarta sampai proteksi selama 20 tahun. Asuransi jiwa jenis ini hanya memiliki satu fungsi yaitu fungsi proteksi. Jadi, tidak ada nilai tunai yang terbentuk. Untuk mendapatkan proteksi asuransi jiwa berjangka, kamu perlu membayar premi yang besarnya akan ditentukan oleh usia Tertanggung, jenis kelamin dan lama proteksi yang kamu butuhkan.
Dibandingkan jenis asuransi jiwa yang lain, premi asuransi jiwa berjangka adalah yang paling murah. Ini karena dia memiliki satu fungsi saja yaitu proteksi. Uang pertanggungan bisa besar tanpa premi yang terlalu menguras kantong. Makanya, term life ini banyak disarankan oleh perencana keuangan karena dinilai lebih efektif menjalankan fungsinya.
Contoh, nih, ya, saya coba ambil dari simulasi produk asuransi jiwa murni dari salah satu perusahaan asuransi besar. Bila kamu seorang pria berusia 30 tahun dan membutuhkan Uang Pertanggungan Rp1,2 miliar, premi yang dikenakan sekitar Rp321.600 per bulan. Sedang bila kamu wanita berusia 30 tahun dan ingin UP senilai sama, preminya cuma Rp206.400 per bulan.
O, ya, mungkin kamu bertanya-tanya, gimana kalau sampai masa perlindungan habis dan risiko meninggal dunia tidak terjadi? Ya, uang premi yang sudah kamu bayarkan tidak ada yang dikembalikan. Uang premi itulah biaya yang harus kamu keluarkan untuk membayar jasa pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi.
“Hangus, dong, duit saiyaaahhh?” mungkin ada nyeletuk begini…
Kalau menurut saya bukan hangus, sih, ya. Premi yang kita bayarkan itu memang harga yang harus kita bayar agar risiko finansial terkelola. Ibarat kita membayar satpam untuk jaga rumah kita. Saat tidak terjadi kemalingan, masak iya gaji si satpam kita minta lagi, hahaha.
Asuransi jiwa murni masih bisa kamu dapatkan di perusahaan asuransi seperti Manulife, SunLife, Astra Life, juga Takaful untuk asuransi jiwa murni syariah.
Asuransi jiwa seumur hidup (whole life insurance)
Asuransi jiwa whole life memberikan proteksi sampai usia maksimal yaitu 99 tahun. Berbeda dengan term life yang merupakan asuransi jiwa murni, whole life insurance mengandung nilai tabungan. Jadi, saat si Tertanggung di akhir masa proteksi tetap sehat walafiat, ada nilai tunai yang diberikan.
“Wah, asyik, dong, duit ga hangus?” begitu mungkin pikiran kita.
Well, tidak ada makan siang gratis, gaes. Dengan adanya fitur nilai tunai, otomatis premi yang harus kamu bayar juga lebih mahal. Preminya bisa 5x lebih mahal dari premi term life insurance. Mengapa? Dengan masa proteksi yang panjang, klaim pasti terjadi. Lha, iya. Jarang, to, ada orang berumur sampai 99 tahun? Saat ini di Indonesia, usia harapan hidup lelaki adalah 69 tahun sedang perempuan 74 tahun. Maka itu, preminya mahal. Selain itu, premi yang dibayarkan juga digunakan untuk membentuk nilai tunai. Perusahaan asuransi memutarnya di instrumen tabungan. Dalam jangka panjang, ada risiko pengembangan nilai tunai tersebut tidak mampu mengejar inflasi riil. Jadi, jangan kecewa saat pengembalian nilai tunai ternyata kecil, ya 🙂
Asuransi jiwa dwiguna (endowment insurance)
Ini adalah jenis asuransi berjangka yang memiliki fitur tabungan. Jadi, seperti term life insurance, asuransi dwiguna memberikan perlindungan sampai periode tertentu hingga 20 tahun. Nah, di tengah masa proteksi, ada dana yang bisa diambil secara teratur, misal di tahun ke-3 kepesertaan atau di tahun ke-5. Jadi, asuransi ini memiliki dua fungsi, yaitu sebagai proteksi jiwa sekaligus tabungan.
Konsekuensi dari dua fitur tersebut, premi asuransi dwiguna tergolong mahal. Selain itu, karena dana diputar di instrumen tabungan, nilainya pun berisiko kesulitan mengejar laju inflasi jangka panjang. Produk ini seperti menggabungkan produk term life dengan tabungan rencana di bank.
Asuransi jiwa unitlink
Asuransi jiwa ini menjadi favorit di Indonesia di mana kebanyakan orang enggan uang preminya “hangus” begitu saja. Unitlink biasa juga disebut sebagai asuransi hibrida karena menggabungkan dua fungsi yaitu fungsi proteksi jiwa dan fungsi investasi. Pada setiap premi yang kamu bayarkan, sebagian digunakan untuk investasi di produk pasar finansial, yaitu reksa dana. Jadi, ada nilai tunai yang bisa diharapkan terbentuk dan kelak bisa diambil sebagai hasil investasi. Dengan catatan, kinerja investasinya sesuai asumsi dan harapan. Karena sebagian premi yang kamu bayarkan diputar di pasar finansial, ada risiko naik turun nilai tunai juga.
Sebenarnya unitlink itu seperti gabungan dua produk finansial dalam satu bungkus yaitu produk asuransi jiwa dengan produk reksa dana. Pemegang polis mungkin merasa dimudahkan karena cukup bayar sekali, udah langsung dapat dua manfaat. Konsekuensinya, preminya mahal-kadangkala pake banget mahalnya. Trus, klaim bebas bayar premi hanya bisa terealisasi bila investasi yang dihasilkan bisa menutup beban premi yang ditetapkan. Kalau ternyata nilai tunai atau hasil investasinya jelek atau jeblok sehingga tidak bisa menutup premi, maka pemegang polis tetap harus bayar premi terus selama masa proteksi berlangsung.
Nah, itulah jenis-jenis asuransi jiwa yang akan sering kamu temui di pasar saat tengah mencari asuransi jiwa. Yang pasti, saat hendak membeli asuransi jiwa, jangan segan untuk bertanya sebanyak-banyaknya pada si agen asuransi sebelum memutuskan untuk eksekusi pembelian. Beli asuransi sesuai kebutuhan, cari yang paling tepat dan efektif memberikan manfaat. Kalau masih bingung, konsultasi saja dengan Certified Financial Planner untuk mendapatkan saran yang obyektif dan rekomendasi produk yang tepat sesuai kondisi keuangan. Klik di sini, ya!
One thought on “#Insurance101 : Yuk, Kenalan dengan Asuransi Jiwa!”