Emas masih jadi investasi favorit banyak orang walau saban hari ada saja euforia investasi baru seperti kripto atau saham. Beli emas di mana paling oke?
Salah satu hal yang masih mampu membuat banyak orang tersenyum lebar di tahun pandemi adalah EMAS. Banyak orang di sini tentu saja para investor emas 🙂
Betapa tidak? Pandemi Covid-19 menerbangkan harga emas ke angkasa hingga menembus Rp1 juta per gram! Tentu saja terbangnya harga emas itu tidak terlepas dari kepanikan para investor di seluruh dunia melihat pandemi Covid-19 yang makin nyata dan mengkhawatirkan efeknya terhadap perekonomian. Dan seperti sama-sama kita saksikan, pandemi ini akhirnya memang meruntuhkan perekonomian global ke jurang resesi. Ketidakpastian arah perekonomian membuat para investor angkat kaki dari aset-aset agresif seperti saham. Duit-duit kakap itu beralih “parkir” di emas, sang “safe haven”.
Sudah sejak lama emas menjadi safe haven kala ketidakpastian ekonomi meningkat apakah itu karena krisis moneter, krisis properti, krisis minyak, atau pandemi seperti ini. Emas jadi pilihan aman untuk memarkir dana karena nilainya dianggap relatif lebih stabil dibanding aset investasi lain, terutama paper investment seperti saham, obligasi atau reksa dana.
Baca juga: Ketika Pandemi Meruntuhkan Cara Lama Pengelolaan Keuangan
Sebagai gambaran, pada akhir tahun 2019 lalu, harga emas logam mulia PT Aneka Tambang Tbk berada di posisi Rp713.000 per gram. Hanya butuh sekian bulan saja bagi emas untuk rekor harga tertinggi sepanjang masa yaitu di level Rp1,029 juta per gram yang tercipta pada 4 Agustus 2020. Jadi, kalau di hari itu kita membeli emas, maka kita harus mengeluarkan uang sejumlah Rp1,029 juta untuk bisa menebus 1 gram emas.
Nah, kini per 26 April 2021, di tengah pandemi yang masih belum berakhir, harga emas sudah berangsur turun ke posisi Rp937.000 per gram untuk logam mulia ukuran 1 gram. Sedang untuk emas batangan ukuran 100 gram yang sering jadi acuan industri, posisi harganya lebih rendah lagi yaitu di level Rp879.000 per gram. Harga emas yang sempat rekor lalu berangsur turun lagi kendati pandemi belum berakhir, tidak bisa dilepaskan dari optimisme tentang pemulihan ekonomi seiring distribusi vaksin Covid-19 yang semakin meluas di seluruh dunia.
Waktu yang tepat untuk membeli emas, KAPAN?
Pertanyaan ini seriiiiing banget ditanyain, haha. Kapan waktu tepat untuk beli emas, ya? Kapan waktu tepat jualnya, ya? Hehehehe. Jawaban saya selalu simpel. Prinsip investasi itu, ya, beli saat harga murah dan jual saat harganya sudah naik alias tinggi sehingga kita bisa menikmati selisih harga yang disebut sebagai keuntungan. Bahasa Wakandanya itu CAPITAL GAIN 🙂
Jadi, kalau sekarang harga emas sudah menurun dari rekornya tahun lalu, apakah kemudian emas jadi tidak menarik untuk dikoleksi? Kalau kamu meyakini harga emas 7-10 tahun lagi bisa menembus Rp2 juta per gram dan sekarang bisa kamu beli di harga Rp875.000 per gram, masak, iya, masih bertanya-tanya kapan waktu beli yang tepat? Hehehe.
Apakah krisis dan resesi selalu melejitkan harga emas?
Dua kali merasakan “krisis” yaitu kisaran tahun 2008 silam saat terjadi krisis finansial global dan krisis pandemi karena wabah Covid-19, saya menyaksikan bagaimana akrobat harga emas yang cukup atraktif. Tahun 2008 silam, ketika tsunami finansial yang berepisentrum di Amerika Serikat mengguncang, tren kenaikan harga emas pun dimulai. Reli harga emas memuncak ketika harga emas dunia menembus US$1.920,3 troy ounce pada September 2011. Setelah itu, harga emas kembali melandai cenderung stagnan dan memecah rekor lagi kala pandemi Covid-19 mempurukkan perekonomian global ke jurang resesi.
Rekor baru harga emas tercipta di posisi US$ 2.072,49 per troy ounce kisaran Agustus 2020 lalu. Setelah itu, harga emas di pasar global kembali meluruh turun ke kisaran US$1.715 per troy ounce, April 2021.
Bila harga emas global begitu akrobatik, apakah harga emas di dalam negeri otomatis mengikuti? Harga emas di dalam negeri bukan cuma dipengaruhi oleh harga emas global. Melainkan juga dipengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Di saat yang sama, pergerakan harga emas global dan harga dollar Amerika itu berkebalikan: yaitu saat emas naik biasanya harga dollar AS melemah. Begitu juga sebaliknya. Ketika harga dollar AS naik, biasanya harga emas dunia turun.
Baca juga: Investasi Emas Kala Pasar Finansial Tak Pasti: Yay or Nay?
Ini yang sedikit banyak membuat kenaikan harga emas dalam negeri cenderung lebih stabil dibanding emas global. Gambarannya, saat harga emas dunia naik dibarengi dengan pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS, harga emas dalam negeri kemungkinan besar ikut terdongkrak naik. Namun, ketika harga emas dunia turun, belum tentu harga emas di dalam negeri ikut turun. Why? Karena penurunan harga emas dunia biasanya berbarengan dengan penguatan harga dollar Amerika. Jadi, saat harga emas dunia turun namun dollar Amerika menguat terhadap rupiah, ya, harga emas di dalam negeri cenderung tertahan. Singkatnya, harga emas dalam negeri relatif lebih susah turun karena faktor nilai tukar tersebut.
Nah, pandemi ini sekali lagi memberi wisdom menarik bagi saya tentang pentingnya memiliki emas dalam portofolio investasi kita. Ketika krisis seperti pandemi ini telah membuat banyak orang mengalami penurunan pendapatan bahkan kehilangan pekerjaan, simpanan emas yang dimiliki seseorang bisa membantunya menahan kejatuhan finansial… Malah juga diuntungkan karena harga emas terkerek naik signifikan akibat krisis.
Baca juga: Menabung Emas di Pegadaian atau Brankas LM, Ini Perbandingannya
Jadi, beli emas di mana enaknya?
Saat ini, ada banyak sekali pilihan tempat membeli emas. Emas bukan hanya bisa kita beli di toko emas, di pegadaian atau di butik Antam saja. Marketplace besar seperti Tokopedia, Bukalapak juga banyak perusahaan teknologi finansial (fintech) juga menyediakan lapak pembelian emas dengan cara yang praktis serta mudah. Yuk, mari kita bandingkan satu per satu mana yang paling oke:
1. Beli emas di toko emas atau pegadaian
Beli emas di toko emas biasa di pasar-pasar, bisa banget. Toko emas umumnya menyediakan berbagai pilihan jenis emas dalam berbagai karat. Ada emas logam mulia Antam (sertifikat LBMA), ada juga emas UBS, juga ada emas batangan tanpa sertifikat apa-apa. Biasanya yang tanpa sertifikat itu harga lebih murah dan bentuknya juga beneran kayak cuilan atau batangan gitu, bukan lempengan yang rapi seperti cetakan emas Antam.
Biar aman, kita harus memastikan mengantongi kuitansi pembelian dari toko tersebut yang juga berisi informasi emas. Suatu ketika bila kita mau jual, kuitansi itu jadi semacam “sertifikat”nya. Kebanyakan bila hendak menjual emas jenis ini, orang akan menjualnya lagi di toko tempat ia membeli. Saya pribadi cenderung tidak sreg beli emas semacam ini. Saya lebih suka yang sudah terstandar, bisa dijual di mana saja dengan harga yang bisa saya pantau kapan saja dan dari mana saja. Jadi, emas Antam atau UBS lebih nyaman bagi saya ketimbang emas tanpa sertifikat jelas.
2. Beli emas di Brankas LM atau Pegadaian Digital
Emas digital ini solusi banget bagi kaum mager yang males pergi ke toko dan males simpan barang berharga di rumah. Namun, biar tetap aman, memilih beli emas digital pada perusahaan seperti apa juga perlu perhatian serius. Jangan sampai saat tabungan emas digital kita udah banyak lalu mau cetak atau jual, ternyata perusahaannya bubar, haha. Dulu pernah ada kasus di salah satu pionir emas digital di mana saat customer mau cetak emas, ternyata antri lama banget… So, choose the platform wisely, ya.
3. Beli emas di marketplace
Saya belum pernah coba, sih, beli emas di marketplace. Jadi, ga bisa komen panjang. Update per 26 April, beli emas di dua marketplace tersebut sudah menyediakan fitur cetak emas sama halnya saat kita beli emas di Pegadaian atau BrankasLM.
4. Beli emas di fintech
Di luar tempat-tempat di atas, mungkin masih banyak lapak penjual emas lain yang sudah akrab di tengah masyarakat. Setiap tempat ada lebih dan kurangnya. Kesemuanya kembali pada kenyamanan kita sebagai pembeli.
Tips beli emas supaya investasi lebih optimal
Menjadikan emas sebagai salah satu pilihan instrumen investasi itu oke-oke saja. Nyatanya, emas memang cukup andal difungsikan untuk melindungi nilai aset dalam jangka menengah hingga panjang. Kendati mungkin pergerakan harganya tidak seagresif saham atau bahkan pernah stagnan, memiliki emas sebagai bagian dari diversifikasi aset bisa kamu lakukan.
Supaya investasi emas tidak sampai buntung, kita bisa terapkan beberapa hal berikut ketika hendak memilih tempat membeli emas:
1. Pilih tempat beli emas yang aman
Bagaimanapun emas itu, ya, duit, kan? Jangan sampai duit kita amblas karena beli emas di tempat abal-abal. Jadi, hal pertama yang perlu kita pastikan sebelum membeli emas adalah pastikan penjualnya tepercaya alias kredibel. Mau itu penjual online atau offline, pilihlah penjual yang tepercaya tidak tipu-tipu. Kualifikasi tepercaya bagi saya, ia perusahaan besar, saya bisa akses informasi terkait emas yang hendak saya beli atau sudah saya beli (pada emas digital) dengan mudah kapan saja, juga melihat reputasinya selama ini.
2. Pilih yang nyaman
Kalau kamu tidak nyaman beli emas namun tidak memegang barangnya, ya, jangan beli emas digital. Beli saja emas fisik langsung. Sebaliknya, bila kamu tidak nyaman menyimpan emas fisik di rumah, kamu bisa menimbang membeli emas digital saja atau bisa juga tetap beli emas fisik lalu menitipkannya di safe deposit box di bank.
Menyimpan emas sendiri di rumah ada risiko kecurian, hilang, bahkan rusak karena salah teknik saat menyimpannya.
3. Pertimbangkan faktor after-sales dan likuiditas
Apabila emas kita fungsikan sebagai aset investasi yang suatu saat akan kita cairkan atau kita jual untuk mendapatkan untung, maka perhatikan after-sales nanti saat membelinya. Apakah emas yang kita beli tersebut kelak bisa mudah dijual di mana saja dan kapan saja? Atau, hanya bisa dijual di tempat kita beli?
Emas dengan sertifikat standar otomatis lebih mudah dijual di mana saja dan kapan saja. Sebaliknya, emas tanpa sertifikat umumnya hanya bisa dijual di tempat kamu beli. Selain itu, bila kamu membeli emas digital maka menjualnya pun hanya di tempat kamu beli (so pasti karena memang emasnya masih belum dicetak, kan). Jadi, pikirkan juga likuiditas tersebut kala hendak membeli emas di sebuah tempat.
4. Cermati biaya lain-lain
Saat membeli emas, biasanya memang masih ada biaya lain-lain yang menyertai. Mulai dari biaya cetak (bila kamu beli emas digital dan hendak mencetaknya), biaya asuransi, biaya kirim hingga pajak pembelian, juga biaya titip.
5. Hindari ikut-ikutan investasi emas yang “too good to be true”
Biasanya, nih, kala harga emas tengah terbang tinggi, adaaa aja pihak-pihak yang memanfaatkan euforia orang pada emas dengan menawarkan skema investasi tertentu. Inget, dong, kasus GTI alias Golden Trader Indonesia beberapa tahun lalu yang memakan korban hingga triliunan rupiah dana masyarakat yang ketipu? Hindari ikut-ikutan investasi emas yang ribet. Saya cenderung merekomendasikan cara konvensional investasi emas yaitu beli saat harga rendah lalu jual saat harga udah naik. Keep it simple.
6. Sesuaikan pembelian emas dengan tujuan keuangan
Beli emas untuk apa? Sebagai salah satu tempat kita menempatkan dana darurat? Atau, sengaja membeli emas sebagai tabungan untuk tujuan keuangan tertentu? Menyiapkan dana pendidikan anak atau dana haji dengan cara menabung emas, itu oke-oke saja.
7. Diversifikasi aset itu wajib
Ya, ini sudah pasti, dong, ya. Jangan pernah menempatkan uang kita terpusat hanya di satu jenis aset doang. Sebar saja ke banyak instrumen sesuai profil risiko dan tujuan keuangan sehingga risiko investasi juga menyebar. Jangan sampai aset yang kita miliki hanya di satu jenis saja misalnya hanya di properti saja atau di emas saja. Mau aset kamu masih belasan juta atau sudah ratusan miliar, diversifikasi itu penting.
Yuk, cusss!
2 thoughts on “Beli Emas di Pegadaian, Tokopedia atau TanamDuit, Mana yang Paling Oke?”
makasih sharingnya
sama-sama mba, terima kasih sudah mampir 🙂